Sensor Tipe Magnetic Vs Sensor Tipe Hall Effect

Sensor frekwensi mengontrol sistem elektronik menggunakan berbagai macam komponen untuk mengukur kecepatan. Dua tipe sensor yang paling banyak dipakai adalah tipe sensor magnetic dan sensor hall effect. Saya akan membahas keduanya, agar anda dapat mengetahui perbedaan dari 2 sensor tersebut.

Sensor Tipe Magnetic

Sensor Tipe Magnetic

Sensor tipe magnetic biasanya digunakan pada sistem yang tidak begitu terpengaruh dengan kecepatan rendah (dibawah 500 rpm misalnya). Sensor tipe magnetic memberikan informasi kecepatan di atas 600 rpm secara akurat, tetapi jika kecepatannya di bawah 600 rpm, maka informasi yang dihasilkan kurang begitu akurat, sehingga tampilan utamanya menggunakan tachometer engine. ECM transmisi menggunakan sensor ini untuk memantau kecepatan gear intermediate dari output transmissi. Sensor ini termasuk jenis sensor pasif, karena tidak membutuhkan tegangan pada inputnya untuk keperluan memproses sinyal. Sensor ini juga mampu merubah gerakan mekanikal menjadi tegangan AC (bolak-balik), karena didalamnya terdapat lilitan coil, core, dan magnet sehingga bentuknya hampir menyerupai sebuah generator kecil. Untuk mengubah gerakan mekanik menjadi tegangan, sensor ini bekerja dengan cara pada saat gear memotong medan magnet permanent, maka di dalam sensor akan muncul arus AC dalam coil yang diikuti frekwensinya. Frekwensi dan kecepatan ECM tersebut menggunakan proporsional terhadap frekwensi itu untuk proses perbandingan dengan data yang telah tersimpan di dalam ECM. Apabila kita ingin mengetahui baik atau tidaknya sensor, kita bisa melakukan pengukuran secara statis dan dinamis, yaitu kita bisa mengukur besar tahanan coilnya antara 100 - 500 Ohm (sesuai besar kecilnya sensor) ketika dilepas dari harnessnya dan mesin dalam posisi mati. Dan ketika harnes dan enginenya tersambung dalam keadaan hidup, kita bisa mengukur tegangan AC nya dengan menggunakan probe tester pada frekwensinya yang timbul antara terminal 1 dan 2.

Sensor Tipe Hall Effect
Sensor tipe hall effect digunakan ketika kecepatan rendah, karena sangat berpengaruh oleh informasi ECM. ECM transmission dan engine (mesin) menggunakan sensor ini untuk mendeteksi kecepatan tiap timing dan tiap posisi. Kedua sensor tersebut mempunyai hall cell di kedua ujung kepalanya.

Speed Sensor

Cara kerjanya sensor tipe hall effect yaitu: ketika gear memotong medan magnet yang terdapat di hall cell, maka akan muncul sinyal yang kecil, sinyal tersebut tersebut dikirim menuju amplifier yang terdapat di sensor itu. Kemudian diubah menjadi sinyal PWM yang cukup kuat dan selanjutnya disalurkan ke kontrol untuk pemrosesan berikutnya. Sinyal ini termasuk golongan sinyal digital karena sinyalnya berpulsa dan terdapat duty cycle.

Pressure Sensor

Sensor ini termasuk sensor yang sangat akurat dalam mendeteksi kecepatan, karena outputnya tidak tergantung oleh kecepatan, dan dapat mendeteksi kecepatan mulai dari 0 rpm dalam temperature yang bervariasi. Sensor hall effect ini dapat memberikan output yang maksimal ketika pemasangannya tanpa ada celah sedikitpun di gearnya. Output sensor ini berupa frekwensi, yang dijadikan acuan oleh kontrolnya dalam referensi kecepatan, sedangkan duty cycle difungsikan menentukan timing.

Cara mendiagnosa sensor ini kita harus menjalankan beberapa tahapan, diantaranya:
- Ukur tegangan inputnya dengan menggunakan tester. Besarnya speed timing sensor antara pin A dan pin B adalah 12,7 Volt, dan transmission outputnya sebesar 8 Volt.
- Ukur outputnya dengan menggunakan tester. Nilai duty cycle harus diantara 5% sampai 95 %, dan nilai frekwensi berkisar antara 4,5 kHz - 5,5 kHz.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>